GLOBAL MEDAN.COM, MEDAN-Dalam setiap bencana Aksi Cepat Tanggap (ACT) selalu melibatkan relawannya yang berperan aktif dalam berbagai aksi dan bantuan penanggulangan bencana. Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) lah sebagai ujung tombak ACT dalam melayani masyarakat yang terdampak bencana.
Untuk membekali relawannya, agar lebih tangguh dan memiliki kompetensi dalam mengahadapi berbagai resiko dalam kebencanaan, ACT melaksanakan pelatihan kesiapsiagaan bencana untuk MRI. Pelatihan dilaksanakan, Kamis (26/12) di Taman Air Percut, Deliserdang. Pelatihan ini meliputi ketrampilan dalam menyelamatkan korban di air atau biasa disebut dengan Water Rescue.
Kepala Cabang ACT Sumut Fadhli Septavianra mengatakan, penetapan tanggal 26 April sebagai hari kesiap siagaan bencana merupakan bagaian dari sejarah panjang bangsa kita. Beberapa kali bencana besar telah melanda bangsa ini dalam dua dekade ini. Dan beberapanya terjadi pada tanggal 26, walau mungkin hanya kebetulan. Tapi secara data dan ilmiah ini terpapar jelas dalam sejumlah peristiwa. Tanggal 26 menjadi tanggal yang mencatat rentetan bencana di Indonesia bahkan di dunia.
Tsunami di Aceh misalnya, terjadi pada 26 Desember 2004. Selanjutnya gempa di Jogja pada 26 Mei 2006. Lalu gempa di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 26 Juni 2010. Dilanjutkan peristiwa meletusnya Gunung Merapi 26 Oktober 2010.
Ditambah lagi beberapa pakar menyebutkan Indonesia adalah salah satu negara dengan banyaknya model dan bentuk bencana yang terjadi. Sebut saja gempa, tsunami, likuifaksi, banjir longsor dan lain, jelas Fadhli.
Dan Sumut terkhusunya kota Medan pun tak luput dari bencana. Salah satu bencana yang kerap terjadi di Sumut adalah banjir. Untuk itu dalam pelaksanaan hari ke siapsiagaan bencana nanti, ACT - MRI Sumut menperkuat tim dengan peningkatan kapasitas melalui pelatihan water rescue dan pengadaan satu set perahu karet yang di siapkan untuk wilayah Sumut.
Sementara itu Ali Sahniur selaku Ketua MRI Sumut, dengan diberi pengetahuan umum mengenai Water Rescue ini Relawan, setidaknya bisa memiliki keahlian dan teknik untuk menyelamatkan diri dari bencana banjir. Selain itu, Relawan juga dapat menbantu untuk menyelamatkan korban banjir saat di lapangan
"Ada dua keuntungan mengetahui teknik penyelamatan korban banjir ini. Utuk dirinya sendiri saat jadi korban dan bisa menolong masyarakat yang menjadi korban," Para Relawan yang ikut pelatihan setidaknya mengetahui beberapa teknik penyelamatan korban banjir. Seperti beberapa teknik evakuasi korban seperti reach, throw, row, go dan tow/carry, mengatasi korban saat terbawa arus deras, mengevakuasi korban banjir di gang-gang sempit saat arus tengah deras, dan beberapa tindakan penyelamatan dan pencarian lainnya.
Saya berharap para Relawan MRI setidaknya mengetahui itu semua. Karena sangat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan juga masyarakat. Nantinya Pengetahuan ini bisa diimplementasikan dan ditularkan kepada masyarakat luas," pungkas Ali.
Setelah apel peringatan hari kesiap siagaan bencana esok, para relawan akan digembleng untuk siap terjun dengan peralatan lengkap untuk menghadapi bencana. Kita tidak pernah berharap terjadi bencana, namun kita perlu bersiap menghadapi nya.
Kegiatan yang melibatkan 30 relawan MRI dan beberapa karyawan Taman Air Percut ini, berlangsung hanya 1 hari saja, dimulai dari pagi hari hingga menjelang siang. Untuk ketrampilan Water Rescue ini langsung dipandu oleh Tim Disaster Management Institute of Indonesia (DMII) ACT Pusat. (rel/nas)