GLOBALMEDAN.COM | MEDAN - Dalam rangka memperingati Hari Habitat dan Lingkungan Hidup Dunia, di Kota Medan. Dirjen Cipta Karya melalui Balai Besar Prasarana Permukiman wilayah Sumut telah mengandeng dua aktivis pemerhati Lingkungan Hidup dan Unsur HMI dengan menggelar acara ke Sekolah Yayasan Amal Sosial dan Panti Asuhan Mamiyai, Kelurahan Tegal Sari III, Kecamatan Medan Area, baru-baru ini.
Diikuti ratusan murid SD, pelajar SMP dan siswa SMA yang ada di yayasan tersebut.
Menurut Balai Besar Prasarana Permukiman Wilayah Sumut melalui Kepala Sub Bagian Tata Usahanya, Pedoman Takari menyebutkan bahwa Kelurahan ini merupakan salah satu lokasi pendamping pihaknya dalam hal melakukan penataan permukiman penduduk yang berada di Kota Medan.
Pemerintah Kota telah memilih untuk skala kawasan Timur diprioritaskan penangganannya. DalamPokja PKP Kota Medan telah memprogram penangganannya yang disebut dengan Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU). Untuk skala Kawasan Timur di daerah ini ada 2 Kecamatan yang mendapatkan sentuhan terlebih dahulu. Yakni Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Area.
Jadi dalam peringatan Hari Habitat ini ada beberapa kegiatan yang kita lakukan bersama-sama. Mulai dari aksi bersih lingkungan dilanjutkan dengan demo cara pembuatan briket arang oleh Aktivis Lingkungan Hidup Ir Rena Arifah Msi, dan Demo pembuatan Eco Enzyme oleh Yayasan Budaya Hijau dan juga penggiat Lingkungan Bhatara Yusuf dan pemanfaatan minuman dari bunga telang oleh Forhati Medan.
IR Rena Arifah, selain berprofesi sebagai Dosen Universitas Al Washliyah (Univa) Medan, ia juga Praktisi Lingkungan Hidup, bahwa Sampah organik dapat diubah menjadi energi panas dan dibentuk menjadi Briket Arang Sehat. Jadi dengan adanya peluang sampah ini diharapkan para masyarakat dapat belajar dan mendapatkan ilmu dalam mengelolah sampah menjadi Briket Arang yang sehat.
Sampah yang akan dikelolanya harus terlebih dahulu dikeringkan setelah dikeringkan maka dapat dikelola dengan memasukan sampah organik itu ke Tong Pembakaran sehingga sampah itu terbakar sempurna dan bisa dijadikan Briket Arang Sehat.
Menurut Rena, Dalam membuat Arang ini tidak sulit Cuma langkahnya pertama para ibu rumah tangga harus memilah sampah dan sampah organik harus dijemur kering dan kemudian dilanjutkan ke Tong Pembakaran. Nah setelah dibiarkan 5 Jam maka Sampah yang kita bakar bisa menjadi bahan baku untuk membuat Briket Arang.
Lanjut Rena, Setelah 5 Jam alias Tong pembakaran dingin maka siap lah kita mengelola ke tahap selanjutnya dengan menumbukkan hasil dari pembakaran tersebut dan menyaringnya hingga menjadi bubuk arang. Dari bubuk arang kemudian kita tambahkan tepung kanji sedikit sebagai perekat sehingga ketika masuk dalam alat press briket itu mudah terbentuk. Setelah terbentuk dan tercetak keluar dari Mesin Press, Maka tinggal selangkah lagi yakni kita harus menjemur.
Kalau sudah kering selama 3 hari maka Briket Arang itu siap digunakan dan bisa dipasarkan. Untuk saat ini, Saya telah memproduksi Briket Arang Sehat ini dan dijual dengan harga Rp. 10.000.- per kilonya. Cukup gampang khan, tidak sulit kok. Dengan kegiatan pembuatan ini, saya bisa membantu pendapatan keluarga tanpa harus meninggalkan pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga, terang Ibu dua orang anak ini kepada hadirin yang ada diacara tersebut.
Sementara itu, Demo Pembuatan Eco Enzyme (EE) Bhatara Yusuf mengemukakan caranya cukup mudah bagi ibu-ibu rumah tangga cukup menggumpulkan bekas kulit buah, sayur-sayuran dan buah-buahan bisa dijadikan larutan seribu manfaat. Larutan EE bisa digunakan untuk mencuci pakaian, mengosok gisi dan banyak fungsi lainnya, terang Bhatara.
Dalam menciptakan Larutan EE, bahan utama adalah Larutan Molase. Larutan molase ini berasal dari hasil produk sampingan dari Pabrik Gula yang bisa dijadikan bahan sebagai fermentasi untuk menciptakan EE. Bahan lainnya, yakni sayur,dan buah diiris-iris sehingga mudah dimasukan dalam wadah kemudian dicampurkan sedikit larutan Molase dan ditambahkan air sumur dan bukan air PAM katanya.
Setelah itu, diamkan selama 100 hari untuk difermentasi dan tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah Jika larutan berwarna agak kecoklatan maka larutan siap digunakan, ungkap Bhatara yang juga sebagai Ketua Yayasan Budaya Hijau Indonesia.
Acara kemudian dilanjutkan ke Forhati, Forhati Yenni Siregar dan rekannya sempat membuat larutan Bunga Telang yang bisa bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan mata. Jika kita berhasil membudidayakan bunga telang maka peluang bisnis lebih terbuka. Kalau dikonsumsi sendiri maka kesehatan keluarga lebih terjamin, terang Yenni.
Sementara itu, Camat Area Hendra Asmilan MAP, mengatakan Pihaknya menyambut baik para pemerhati dan penggiat Lingkungan Hidup yang bersedia membantu dan sekaligus memberikan pencerahan kepada para warga dan siswa yang ada di Yayasan Mamiyai ini.
“Selaku Kepala Kecamatan Medan Area, saya mengucapkan rasa terimakasih atas kesediaan para pemerhati lingkungan hidup untuk mensosialisasinya sehingga momok sampah bisa menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan, katanya.
Turut Hadir dalam acara tersebut Camat Medan Area, Hendra Asmilan SIP, MAP, Babinsa 04 Medan kota Sertu Heru Triyanto, Kepala Lurah TS III RP Tarigan, Raden Mas Suardi dari pembudidaya tanaman Hydroponik, Pihak Yayasan Mamiyai, Kepala Prodi Pariwisata Universitas Imelda Medan, Furqan SE,MMPar dan Yogi Putra dari Prodi Ekonomi Syariah Universitas Imelda Medan. (Edi Sukarno)